(Puisi) Wangi Pagi

Kepadamu wangi pagi, saat kita sama-sama pergi memecah diri. Di atas roda dua, bulu-bulu remaja, menyelinap, memenuhi dada. Menciptakan aku lain dalam gema di lubang-lubang waktu. Kau di sana dan cahaya menyingkap matamu: bagai dibius lagu yang ku tak tahu akhirnya kemudian bertanya siapa penyanyinya? 

Dunia terus berputar di luar kepala kita. Kemudian tubuhmu, sementara angin menghilang dan cerah hanyalah fenomena semu. Satu-satunya yang bisa disentuh puisi ini–saat itu–cuma seluncur bahumu.  

Kepadamu wangi pagi. Bagi pegawai seperti kita, alam semesta hanyalah kota kecil yang tak lebih luas dari pundak perkantoran dengan tenggat-tenggat tugas. Begitu pula pertanyaan ini–saat pertemuan kita sebatas sentuhan jalan dan jari-jari: mengapa cinta jatuh tiba-tiba lebih subur di mataku ketimbang fajar dan matahari? 

Komentar

Postingan Populer