Otak Bocah SMP
![]() |
| 1. Otak Bocah SMP |
Memang, perilaku mereka demikian adalah cerminan dari pertumbuhan otaknya, dan hal itu kadang-kadang sampai bikin orang dewasa bahkan yang jadi gurunya pusing ngadepin mereka. Faktor mereka kaya gitu, selain karena sedang masanya, boleh jadi karena sosok guru bagi mereka--harapannya--sudah bukan lagi seseorang yang mesti ditakuti atau disegani. Saya enggak berbicara adab atau akhlak buruk tentang suatu generasi. Tapi saya mengira pada generasi mereka, guru yang tampak menakutkan itu sudah kuno dan membosankan. Alhasil mereka akan menunjukan jati diri mereka yang berisik, enggak mau diem, dll itu sebagai upaya mencari perhatian.
Setelah saya amati cukup lama, mereka akan memancing kita para guru untuk bercanda: dengan celetukan-celetukan lucu, pertanyaan-pertanyaan bodoh dan cerita-cerita konyol. Berharap pancingan-pancingan mereka bisa dibalas oleh hal lucu lagi. Sehingga ketika berbalas mereka akan menilai kalau kita guru yang aman. Seperti punya caranya sendiri untuk menyaring mana guru yang bagi mereka asik mana guru yang "vintage" atau membosankan. Tapi saya pun enggak tahu faktor apa yang memunculkan tolak ukur pada otak mereka bahwa guru yang asik itu yang tak perlu ditakuti atau disegani. Ini hanya sejauh yang saya amati dan sebatas dugaan saja.
![]() |
| 1.1 Otak Bocah SMP |
Jika mereka menemukan guru yang lolos seleksi--alias asik--maka mereka akan tambah "berisik" sambil mengajak gurunya untuk "berisik" bersama. Sebaliknya kalau mereka melihat guru yang enggak lulus seleksi maka mereka akan mengacuhkan guru tersebut, bahkan ketika mengejar. Hal terburuknya jika mode berisik mereka nyala dan guru yang gagal seleksi tersebut kebagian mengajar mereka, maka akan terjadi seperti yang dialami Tc Rahmi dan Tc Heni kemarin. Tentu tidak lucu kalau sampai seorang guru tersinggung.
Namun guru yang bagi mereka lulus seperti Pak Rahmat tentu lain cerita. Pak Rahmat mampu mengikuti mereka, bercanda bersama mereka dan berisik bersama ketika mengajar--mereka nyaman dengan Pak Rahmat. Tapi bila mereka tidak bisa mengikuti batasan Pak Rahmat, atau gampangnya enggak bikin Pak Rahmat nyaman balik kemudian Pak Rahmat mengabil sikap tegas, seketika mereka diam dan segan. Biar enggak kaya lagi muji Pak Rahmat saya juga sebut Pak Jihad, Pak Gunawan, Pak Muzaki, Pak Aidi, menerapkan juga.
Menariknya, justru guru yang lolos ujian merekalah yang akan mereka segani dan patuhi bila guru tersebut marah atau ketika mereka melakukan keselahan kepada guru tersebut. Ini transaksi yang cukup adil, saya kira. Selama mereka punya kesadaran pada kesepakatan tak tertulis ini, mau mereka berisik dan agak susah diatur, lalu pada gilirannya guru harus tegas dan mereka mau patuh. Enggak usahlah siswa terlalu dicurigai sampai kita para guru harus 'ketakutan' enggak disegani sampai bilang harus ada batasan guru dan murid.
![]() |
| 1.2 Otak Bocah SMP |


.jpeg)
Komentar
Posting Komentar